Kunjungan Raja Abdullah II dari Yordania ke Indonesia menyisakan kesan mendalam, bukan hanya melalui pidato kenegaraan, melainkan melalui sebuah gestur sederhana: pelukan hangat dengan Presiden Prabowo Subianto. Momen perpisahan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma itu menjadi penutup yang sarat makna, melampaui formalitas protokoler dan mengisyaratkan kedekatan personal antara dua pemimpin negara.
Perpisahan ini lebih dari sekadar seremoni. Keduanya tiba dengan mobil yang sama, sebuah simbol bahwa diskusi berlanjut bahkan setelah pertemuan resmi di Istana Negara berakhir. Prabowo mengenakan baju safari, sementara Raja Abdullah II tampil dengan baju loreng dan baret, mencerminkan kesamaan latar belakang militer.
Perpisahan yang Menggambarkan Kedekatan
Kedua pemimpin, yang sama-sama berasal dari latar belakang militer, saling memberi hormat dengan iringan musik kemiliteran. Momen yang paling menonjol adalah pelukan hangat yang terekam kamera, disusul percakapan singkat dan salam perpisahan. Raja Abdullah II kemudian memasuki pesawat, mengakhiri kunjungan kenegaraan tersebut.
Suasana Keakraban dalam Pertemuan
Sebelum perpisahan, Raja Abdullah II menyapa delegasi Indonesia, termasuk tokoh-tokoh penting seperti Rano Karno dan Rosan Roeslani. Prabowo kemudian melakukan hal serupa kepada delegasi Yordania.
Gestur Simbolis
Pertemuan di Halim Perdanakusuma bukan hanya sekadar perpisahan, melainkan sebuah pernyataan politik yang kuat. Pelukan dan salam perpisahan di antara dua tokoh yang memahami bahasa militer, menjadi gestur yang sangat simbolis.
Dialog Hangat: Persahabatan Jangka Panjang
Jamuan makan malam di Istana Negara sehari sebelumnya menjadi panggung bagi dialog hangat mengenai hubungan kedua negara. Presiden Prabowo membuka pidato dengan penekanan pada ikatan persahabatan yang kuat.
“Anggaplah kami lebih dari sekadar mitra, kita memiliki ikatan persaudaraan dan persahabatan yang kuat. Dan saya pikir ikatan ini harus tetap lestari di masa depan,” ucap Prabowo.
Raja Abdullah II memberikan respons yang tak kalah hangat. Ia menganggap Indonesia sebagai pilar penting dalam komunitas muslim global.
“Kami selalu memandang Indonesia sebagai bagian yang sangat penting dari komunitas Muslim. Peran Indonesia dalam urusan internasional, terutama di bawah kepemimpinan Anda, di masa-masa sulit ini sangatlah penting,” tuturnya.
Pernyataan ini menegaskan kembali hubungan yang telah terjalin selama lebih dari tujuh dekade, dengan relevansi yang semakin kuat di tengah dinamika geopolitik dunia.
Lebih dari Sekadar Kunjungan Seremonial
Kunjungan ini jelas bukan sekadar seremoni belaka. Terdapat nilai strategis yang ingin ditegaskan, meliputi isu kemanusiaan, stabilitas kawasan, dan kerja sama keamanan.
Pelukan di Halim mungkin terlihat sebagai akhir dari kunjungan, tetapi bagi kedua pemimpin, momen itu justru menjadi awal babak baru dalam hubungan Indonesia–Yordania.











