Jakarta – Sebuah langkah mengejutkan dari Departemen Perdagangan Amerika Serikat berpotensi mengubah peta persaingan teknologi global. Dikabarkan, pemerintah AS akan memberikan izin kepada raksasa chip Nvidia untuk mengekspor chip kecerdasan buatan (AI) H200 ke Tiongkok.
Izin ini tidak diberikan secara cuma-cuma, melainkan disertai syarat ketat. Chip-chip canggih tersebut hanya boleh dikirimkan kepada pelanggan yang telah mendapatkan persetujuan langsung dari pemerintah Amerika Serikat, menandakan kontrol yang ketat terhadap teknologi sensitif ini.
Keputusan penting ini diwartakan oleh CNBC dan kemudian dikutip oleh siaran TechCrunch pada Senin (8/12). Laporan tersebut juga mengungkapkan adanya ketentuan finansial yang signifikan.
Pemerintah Amerika Serikat dilaporkan akan mengambil porsi 25 persen dari total hasil penjualan chip H200 di Tiongkok. Ini menunjukkan bahwa meskipun ekspor diizinkan, Washington tetap berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang besar dari transaksi tersebut.
Chip H200: Teknologi Mutakhir dengan Batasan Usia
Chip H200 sendiri merupakan produk kelas atas dalam dunia AI. Kemampuannya jauh melampaui H20, chip yang sebelumnya dikembangkan Nvidia secara spesifik untuk pasar Tiongkok.
Hal ini mengindikasikan bahwa Tiongkok akan mendapatkan akses ke teknologi AI yang lebih mutakhir dari yang direncanakan semula, meskipun dengan pembatasan tertentu.
Meskipun izin ekspor diberikan, ada satu batasan penting yang patut dicatat. Menurut laporan dari Semafor, pemerintah Amerika Serikat hanya memperbolehkan pengiriman chip H200 yang telah berusia sekitar 18 bulan ke Tiongkok.
Pembatasan usia chip ini kemungkinan bertujuan untuk mencegah Tiongkok mengakses teknologi AI terbaru dari Amerika Serikat secara langsung, sembari tetap membuka peluang bagi Nvidia di pasar yang luas itu.
Respons Nvidia dan Dukungan dari Donald Trump
Keputusan ini tentu saja disambut positif oleh Nvidia. Seorang juru bicara Nvidia menyampaikan apresiasinya dalam sebuah surel yang dikirimkan kepada TechCrunch.
Ia menyoroti pentingnya keputusan ini bagi industri teknologi Amerika Serikat. Nvidia memandang langkah ini sebagai upaya menjaga daya saing di pasar global.
Juru bicara tersebut mengatakan bahwa keputusan Presiden Trump akan memungkinkan industri chip Amerika untuk tetap bersaing.
“Kami mengapresiasi keputusan Presiden Trump yang memungkinkan industri chip Amerika tetap bersaing untuk mendukung penciptaan lapangan kerja bergaji tinggi dan manufaktur di Amerika,” kata juru bicara Nvidia.
Lebih lanjut, Nvidia menganggap bahwa strategi ini adalah keseimbangan yang baik.
Ia melanjutkan, “menawarkan H200 kepada pelanggan komersial yang telah diperiksa dan disetujui oleh Departemen Perdagangan merupakan langkah mencapai keseimbangan yang bijaksana dan sangat baik bagi Amerika.”
Mantan Presiden Donald Trump, yang saat itu menjabat, juga menyuarakan dukungannya terhadap keputusan ini. Ia mengungkapkan bahwa Presiden Tiongkok Xi Jinping telah memberikan respons yang positif.
Trump menyampaikan hal tersebut melalui unggahannya di platform media sosial Truth Social pada Senin lalu. Ini menunjukkan adanya dialog tingkat tinggi di balik keputusan strategis ini.
Pemberitaan mengenai izin ekspor chip H200 ini muncul hanya sepekan setelah Howard Lutnick, yang menjabat sebagai Menteri Perdagangan Amerika Serikat, menyatakan bahwa seluruh keputusan terkait ekspor chip berada di tangan Presiden Donald Trump.
Kontroversi dan Penolakan dari Anggota Kongres
Namun, keputusan untuk membuka keran ekspor chip H200 ini tidak luput dari kritik dan penolakan. Beberapa anggota Kongres menyatakan kekhawatiran serius terhadap dampak kebijakan ini terhadap keamanan nasional Amerika Serikat.
Mereka berpendapat bahwa memberikan akses teknologi AI canggih kepada Tiongkok bisa saja menimbulkan risiko jangka panjang.
Rancangan Undang-Undang SAFE Chips Act
Menanggapi kekhawatiran tersebut, dua senator dari partai yang berbeda mengambil tindakan. Senator Partai Republik Pete Ricketts dan Senator Demokrat Chris Coons bersama-sama mengajukan rancangan undang-undang.
Pada tanggal 4 Desember 2025, kedua senator ini mengajukan rancangan undang-undang yang bertujuan untuk memblokir ekspor chip AI canggih ke Tiongkok selama lebih dari dua tahun.
Rancangan peraturan yang diberi nama Secure and Feasible Exports (SAFE) Chips Act ini memiliki ketentuan yang jelas.
Dalam rancangan tersebut, Departemen Perdagangan Amerika Serikat diwajibkan untuk menolak semua izin ekspor chip AI tingkat lanjut ke Tiongkok selama periode 30 bulan.
Sikap Berubah-ubah Pemerintahan Trump dan Dampaknya pada Pasar
Sikap pemerintahan Trump mengenai kebijakan ekspor chip ke Tiongkok memang telah menunjukkan pola yang berubah-ubah seiring waktu, menciptakan ketidakpastian di kalangan industri.
Pada bulan April, pemerintahan Trump pertama kali memberlakukan persyaratan lisensi bagi perusahaan-perusahaan seperti Nvidia sebelum dapat mengekspor chip ke Tiongkok. Kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan aliran teknologi sensitif.
Namun, hanya sebulan berselang, aturan tersebut secara mengejutkan dicabut. Perubahan kebijakan yang cepat ini menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi strategi pemerintah.
Kemudian, pada musim panas, pemerintah Amerika Serikat kembali memberikan sinyal untuk membuka keran ekspor chip. Kali ini, syaratnya adalah pemerintah akan mengambil 15 persen dari total pendapatan penjualan chip tersebut.
Kendati demikian, ketidakpastian dan perubahan kebijakan yang berulang-ulang ini telah menekan pasar chip Amerika Serikat di Tiongkok.
Perusahaan-perusahaan AS mengalami kesulitan dalam merencanakan strategi jangka panjang karena regulasi yang terus berubah.
Pukulan lain datang pada bulan September, ketika regulator Tiongkok memberlakukan larangan bagi perusahaan domestik untuk membeli chip Nvidia. Langkah ini memaksa industri Tiongkok untuk beralih.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan di Tiongkok menjadi bergantung pada chip lokal yang diproduksi oleh raksasa teknologi seperti Alibaba dan Huawei, semakin memperkuat ekosistem teknologi domestik mereka.











